Hukum Bekerja di Kepolisian dan Ketentaraan

بسم الله الرحمن الرحيم

Soal :
Bagaimanakah hukum bekerja di kepolisaian dan ketentaraan dan juga apa hukum ucapan seorang prajurit kepada orang yang lebih tinggi pangkat dan jabatannya: "Wahai Tuanku."?
Jawab :
Bekerja di kepolisian dan ketentaraan, jika tadak harus memakai pantaloon, juga tidak mencukur jenggot dan tidak mengerjakan perkara haram, tetapi mereka hanyalah melaksanakan ketaatan kepada pimpinan dalam pekerjaan tersebut, maka boleh saja, perkara yang baik. Keberadaan tentara dan polisi serta pengawal raja-raja tidak diingkari di kalangan salaf. Adapun bila mereka mengenakan pantaloon dan mencukur jenggot serta melakukan kemaksiatan-kemaksiatan, maka perbuatan tersebut merupakan taklid kepada orang-orang kafir. Maka tidak diperbolehkan untuk bekerja di sana, jika keadaannya demikian.
Adapun ucapan seorang prajurit kepada seorang komandan: "Wahai Tuanku," kalau dia merupaka tuan bagi kaumnya, maka memang dia seorang sayyid (pemimpin). Tetapi tidak sepantasnya dipanggil: "Wahai Tuanku."
Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam pernah bertanya kepada seorang Anshar: "Siapakah sayyid kalian, wahai Bani Salamah?" Mereka menjawab: "Jad bin Qais, hanya kami menganggapnya kikir. Beliau berkata: "Penyakit apa yang lebih berbahaya daripada kekikiran?! Justru pemimpin kalian adalah Amr bin Al Jamuh." Dahulu Amr bin Jamuh adalah orang yang suka membantu walimah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad hal.111 dari Jabir radhiyallahu 'anhu, lihat Ash Shahihul Musnad 1/171) Ini menunjukkan bahwa ada sebagian manusia yang menjadi sayyid (tuan) pada kaumnya.
Adapun hadits:
«لا تقولوا للمنافق يا سيد؛ فإن يك سيدا أسخطتم ربكم»
"Janganlah kalian memanggil orang munafik: "Ya Sayyid" sekalipun dia seorang sayyid, kalian telah membuat murka Rabb kalian."
Maka ini adalah hadits dha'if terputus sanadnya dari jalan Qatadah dari Abdullah bin Buraidah dan Qatadah tidak mendengar darinya.
Memang benar, ada di antara manusia yang menjadi pemimpin, baik orang yang terhormat atau orang jahat, karena sayyid secara bahasa adalah orang yang menguasai kaumnya. Tetapi ucapan mereka: "Wahai Tuanku," hal itu tidak terdapat di zaman salaf. Mereka tidak mengatakan kepada Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar, Utsman, Ali atau yang lainnya: "Wahai Tuanku…" Bahkan sesungguhnya ada seorang berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Wahai orang terbaik kami dan anak terbaik kami dan tuan kami dan anak tuan kami," maka Rasulullah menghardik sembari berkata: "Katakanlah dengan ucapan kalian yang pertama dan janganlah syaithan sampai menjalari kalian." (HR. Abu Dawud 13/161 dari Abdullah bin Syahir bersama rombongan Bani Amir. Lihat Ash Shahihul Musnad 1417).
Rasulullah shallallhu a'laihi wa sallam melarang dari ucapan mereka tersebut. Berdasarkan itu semua, ucapan semacam ini hendaknya dijauhi bersamaan dengan kenyataan bahwasanya di kalangan manusia memang ada yang menjadi sayyid bagi kaumnya karena salaf tidak mengajak bicara pembesar mereka model pembicaraan seperti ini.
(Al As'ilah Al Imaratiah, 6 Jumadal Ula 1423H)


Artikel Terkait


0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►

Al Manshurah

 

Copyright 2011 Al Manshurah is proudly powered by blogger.com | Design by Tutorial Blogspot Published by Template Blogger