Hukum Berekreasi Sehabis EBTA/EBTANAS (Bagi Pelajar)

Soal :
Sudah menjadi tradisi sekolah apabila selesai masa Ebta/Ebtanas mereka mengadakan pariwisata ke tempat-tempat rekreasi seperti ke pantai atau ke bukit-bukit atau ke rumah makan, dan seterusnya. Dan mereka menamakan acara tersebut Rihlah `ilmiah. Demikian pula membagi-bagi hadiah kepada juara kelas, juga mengadakan reuni bagi alumnus dan lain-lainnya. Apa pendapat Syaikh dalam permasalahan ini? Jazakumullahu Khaira.
Jawab :
Al-Imam Al-Bukhari semoga Allah merahmatinya, telah meriwayatkan dalam kitab shohihnya di awal kitab Ar-Riqoq dari Hadist Ibnu Abbas radhiyallahu `anhuma bahwa Nabi shallallahu `alaihi wa sallam berkata:
«نِعمتانِ مَغبونٌ فيهما كثيرٌ من الناس: الصّحة, والفرغ»
“Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia lalai dari keduanya, kesehatan dan waktu luang” (HR Al-Bukhari 6412)
Demikian pula para pemuda membutuhkan waktu semenjak dini untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana perkataan Nabi shallallahu `alaihi wa sallam:
«لاَ تَزُولُ قَدَمَ ابنِ آدَمَ يَوْماَ القِيَامَةِ حَتّى يُسْأَلَ عن أَرْبَعٍ -منها- عن شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ»
“Tidak akan tergelincir dua kakinya seorang di hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara, -diantara empat perkara tersebut adalah- masa mudanya, untuk apa dia habiskan?” (HR At-Tirmidzy dari Abi Barzah (2419) dan beliau berkomentar hadist hasan shohih, dan Al-Khatib Al-Baghdadi di kitab 'Iqtidho`ilmi wal`amal dengan sanad yang shohih dan hadist ini memiliki penguat dari Muadz bin jabal dikeluarkan  Al-Khatib Al-Baghdadi (22), dan Imam Al-Mundziri di Kitab At-Targhib 5/357 dan beliau berkomentar HR Thabrani dan Al-Bazar dengan sanad shohih dan Syaikh Yahya Hafizhohullah berkata dalam sebagian majlis hadist ini bisa dipakai sebagai hujjah dari berbagai jalan).
Dan juga Allah berfirman :
﴿ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ ﴾ [البقرة:197]
“Ambillah oleh kalian perbekalan dan sungguh sebaik-baik perbekalan adalah At-taqwa, dan bertakwalah kalian wahai orang-orang yang berakal.” (Al-Baqarah:197)
Dan rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berkata:
«مَنْ يُرِدِ اللّهُ به خَيراً يُفَقّهْهُ في الدّين » (رواه البخارى)
“Barangsiapa  yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam agama.” (Al-Bukhari (71) dan Muslim (1037) dari Mua`wiyah radhiyallahu `anhu).
Dan dalam shohih Bukhori:
«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ»
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya"
Dan dalil lainnya yang berkaitan dengan kesungguhan dan semangat dalam mencari ilmu sebelum terlewatnya masa, entah itu dengan datangnya penyakit atau kesibukan ataupun dengan apa yang Allah Ta`ala ketahui.
Allah berfirman:
﴿وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ﴾ [لقمان:34]
“Tidaklah jiwa itu mengetauhi apa yang bakal mereka lakukan di esok hari dan tidak pula mereka mengetahui di bumi mana ia akan mati.” (Luqman:34)
Karena tidak mengetahui apa yang akan kau lakukan esok hari, apakah perbuatan baik ataukah sebaliknya.
            Sungguh aku tidak mengetahui bumi yang aku tuju
            Aku menghendaki kebaikan mendekatiku
            Apakah kebaikan yang aku cari?
            Ataukah keburukan yang mendahului
Kami nasehatkan kepada ikhwan semua untuk bersungguh-sunguh dan mencurahkan waktunya dalam menuntut ilmu dan apabila suatu kali keluar untuk mencari udara segar, baik ke bukit atau ke pantai untuk berenang, tidak ada larangannya dan bukan pula suatu perkara yang haram dalam rangka penyegaran jiwa dan membantu diri untuk menambah semangat dalam menuntut ilmu, dan janganlah perkara itu menjadi kebiasaan seperti kebiasaan Ikhwanul Muslimin.
Oleh karena itu didiklah saudara-saudara kalian dan murid-murid kalian untuk cinta ilmu dan giat serta bersungguh-sungguh dalam menimba ilmu, dengan mengurangi bepergian. Didiklah mereka! Apabila mereka keluar dari pondok, keluar dengan tujuan da`wah sehingga mereka mendapat pahala dan bisa mengambil faidah pahala dan ilmu dibalik itu.
Adapun pariwisata model mereka ini, ke restoran atau ke warung makan atau di jalan-jalan raya, pantai-pantai dan sejenisnya, tinggalkanlah semua itu untuk Ikhwanul Muslimin, adapun kalian wahai salafiyyun tidak membutuhkan semua itu, mudah-mudahan Allah memberi taufiq kepada kalian.
Ikhwanul Muslimin adalah para penganggur, cuma sibuk dengan sandiwara dan nasyid-nasyid, dan mereka sibuk dengan hal-hal yang tak ada gunanya, adapun kalian wahai Ahlu Sunnah sibuk dengan menghafal Al Qur`an, menghafal hadist dan sibuk dengan da`wah kepada Allah dan dengan perkara yang lebih penting dari pariwisata.
(Al As'ilah Al Indonisiah 26 Jumadits Tsani 1424 H)

Artikel Terkait


0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►

Al Manshurah

 

Copyright 2011 Al Manshurah is proudly powered by blogger.com | Design by Tutorial Blogspot Published by Template Blogger