Pertanyaan Tentang Majalah dan Surat Kabar

Soal :
Sebagian da'i salafy menyebarkan majalah, surat kabar, dan surat-surat ederan (seperti bulletin dan sejenisnya) setiap pekan sebagai sarana dakwah. Apa pendapat Asy Syaikh dalam perkara ini? Dimana sebagian majalah itu adalah resep makanan, memperbaiki perkakas pakaian, mengajari mainan untuk anak-anak dan selain itu. Semoga Allah memberkahi anda.
Jawab :
Apa? Mendakwahkan resep makanan dan membuat permainan, bukanlah itu bagian dari dakwah. Jika mereka menyebarkan sarana dakwah seyogyanya seseorang berkata di antara manusia dengan mengatakan, “Seruan kami (Dakwah kami), menyeru kepada kitabullah dan sunnah RasulNya shallallahu 'alaihi wa sallam. Kami memiliki pelajaran-pelajaran seperti Shohih Al Bukhari bagi mereka yang ingin mengajari anaknya dan mengambil faidah darinya. Demikian juga Shohih Muslim. Kitab yang lebih rendah dari pada ini, seperti Qoulul Mufid, atau Lum'atul I'tiqod, atau pelajaran menulis atau tajwid.” Maka tidak mengapa menyebarkan apa yang mereka miliki  kepada manusia, sehingga mereka mengenalnya. Barangsiapa  menunjukkan kepada kebaikan, maka dia seperti pelakunya.
Yusuf 'alaihi salam berkata :
﴿ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ [يوسف:55]
Jadikanlah aku bendaharawan Negara (mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (Yusuf 55)
Hal ini bagian dari bab menunjukkan kebaikan. Adapun majalah resep makanan, lebih utama ditinggalkan. Dan resep makanan serta pelajaran mainan anak-anak, bukanlah bagian dari sarana dakwah, bahkan itu termasuk sarana dunia belaka.


Soal :
Kami (ikhwan Indonesia), memiliki majalah untuk salafiyyun. Di dalamnya ada materi khusus bagi wanita, dan bagian ini memiliki pimpinan redaksi wanita yang memimpinnya. Juga kami memiliki madrasah untuk anak-anak perempuan atau pondok pesantren untuk mereka. Dan diangkat pemimpin wanita untuknya. Apakah seperti ini tergolong dalam hadits Abu Bakrah radhiallahu 'anhu, “Tidaklah beruntung suatu kaum yang menyerahkan perkara mereka kepada wanita?” Jazaakumullah khairan.
Jawab :
Wanita menjadi pemimpin ma'had bagi wanita? Jika wanita mengajar wanita dengan kadar kemampuannya ini adalah perkara yang baik, tanpa ada julukan-julukan "Mudirah", "Roisah", "Fandamah". Dan demi Allah, tidak butuh kepada yang demikian itu. Sebaliknya wanita mengajar wanita dan mengarahkan mereka kepada kebaikan maka ini adalah perkara yang baik. Adapun embel-embel dan julukan pemimpin wanita “Roisah atau Mudirah” ini tidak baik. Karena Allah menyuruh kita bersaudara, Allah berfirman :
 ﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ[الحجرات:10]
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara." (Al hujuraat:10)
Dan juga masuk dalam bab ini firman Allah ta'ala:
﴿وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ [الحج:77]
"Dan berbuat baiklah kalian, niscaya kalian beruntung.'' (Al Hajj:77)
Wahai saudaraku, majalah ini menyibukkan. Katakan kepada mereka, “Carilah ilmu dari Al Kitab dan As Sunnah!” Dan barangsiapa  yang memiliki ilmu yang berguna, tularkanlah kepada orang-orang yang mencari faidah dari saudara-saudara mereka atau kepada ahli ilmu di negeri mereka yang senantiasa menyebarkan ilmu kepada manusia dengan jalan menulis risalah dan buku (kitab). Adapun majalah-majalah, surat-surat kabar itu akan menyibukkan diri-diri kalian, baik surat kabar wanita, maupun surat kabar laki-laki. Juga di antara majalah tersebut ada yang memuat bagaimana memasak seperti yang baru saja ditanyakan, sisi pembahasan (rubrik) bagaimana anda memasak. Kalian tidak butuh memberitahu bagaimana memasak! Wanita-wanita tua kita itu tahu cara memasak yang enak.
(Al As'ilah Al Indonisiah 2 Ramadhon 1424H)

Artikel Terkait


0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►

Al Manshurah

 

Copyright 2011 Al Manshurah is proudly powered by blogger.com | Design by Tutorial Blogspot Published by Template Blogger