Meremehkan Bid’ah Tarbiyyatun Nisa’ (TN)

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dijawab oleh: Abu ‘Abdulloh Kholid bin Muhammad Al-Ghirbany
-semoga Allah mengampuni dosa-dosanya-
di Gunung al-Barroqah Darul Hadits Salafiyyah Dammaj
pada malam Rabu awal bulan Rabiul Tsany 1433 Hijriyyah

Soal:
Ada beberapa orang merasa diri sebagai da’i-da’i besar, mereka terus menerus di atas sebuah kebid’ahan dan senantiasa membelanya serta mereka congkak dari nasehat yang sampai kepada mereka, alasan mereka karena:
  1. Bid’ah tersebut kecil dan bila ditinggalkan maka akan menimbulkan kerusakan!
  2. Yang mengingkari bid’ah tersebut hanyalah segelintir orang yang suka berbuat kerusakan!
  3. Bid’ah tersebut dibolehkan oleh beberapa ulama!.
Apa pendapatmu tentang komentar-komentar tersebut? – Jazakallahu Khairon Katsiron.
Jawaban:
سْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْ هَدْيِ هَدْي مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الآمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وكل ضلالة في النار.
Kami tidak mengira akan ada orang-orang yang menganggap diri-diri mereka sebagai para da’i atau dianggap sebagai “asatidz kibar” memiliki kementar-komentar yang rendah seperti itu?!!! Yang namanya bid’ah -baik dia dianggap kecil ataupun dianggap besar- maka tetap namanya bid’ah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memperingatkan umatnya dari masalah tersebut sebagaimana dalam khutbahnya:
«أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ».
Adapun setelah itu! Maka sesungguhnya sebaik-baiknya perkataan adalah Kitabullah dan sebagaik-baik petunjuk adalah petunjuknya Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) dan sejelek-jeleknya perkara adalah perkara baru, dan setiap bid’ah (perkara baru dalam agama) adalah sesat” (HR. Muslim dari Jabir Radhiyallahu ‘Anhu).
Apa yang dikatakan oleh para da’i tersebut adalah bentuk dari penyelisihan yang nyata terhadap manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah, Al-Imam Ahmad Rahimahullah berkata di dalam “Ushulus Sunnah”:
أصول السنة عندنا التمسك بما كان عليه أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم والاقتداء بهم وترك البدع وكل بدعة فهي ضلالة
“Landasan-landasannya As-Sunnah menurut kami adalah berpegang teguh dengan apa-apa yang ada padanya para shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mencontoh mereka dan meninggalkan bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Dari pemaparan tersebut kami katakan bahwa meninggalkan bid’ah secara menyeluruh adalah ciri dari ciri-ciri Ahlussunnah wal Jama’ah, adapun bila ada yang memiliki anggapan bahwa bid’ah yang dia berada di atasnya bila ditinggalkan akan menimbulkan kerusakan yang besar maka prinsip ini sama dengan prinsip para hizbiyyun; JT (Jama’ah Tabligh) bila dinasehati untuk tidak mengajak orang-orang kepada kebid’ahan maka mereka menjawab: “Dari pada mereka berbuat maksiat mending mereka bersama kami di dalam kebid’ahan!”, begitu pula Abu Salman Mushthafa Al-Buthony alias Abu Abayah dan jaringannya bila dinasehati tentang TN (Tarbiyyatun Nisa’) maka jawaban mereka: “Dari pada mereka sekolah atau kembali jadi orang awam mending kami buatkan TN!”.
Maka kami katakan: Bukankah dahulu Presiden dan para Mentri LJ (Lasykar Jihad era 1993-2002 “hasil kawin silang” antara Ikhwanul Muslimin dan Khowarij yang tidak segan-segan menyakiti bahkan membunuh anggotanya yang melawan perintah atasan atau berbuat maksiat seperti berzina. Para gerombolan LJ hampir kebanyakannya sekarang menjadi “hizbi jadid” bersama mantan (wakil) panglima mereka yakni Luqman ba’abduh (mubtadi’, si pencela sunnah dan ulama ahlussunnah) ;ed) memiliki TN di Degolan? Begitu pula Rifa’i atau Syafi’i selaku mentri LJ memiliki TN di Ngawi ?! Begitu pula Dzulqarnain Al-Makassary selaku penasehat presiden LJ dahulu memiliki TN?! Tapi kenapa masih juga ada gadis yang kabur dari TN tersebut dan memilih jadi mahasiswi? Atau memilih sekolah dari pada masuk ke TN?! Dan juga ada yang kembali menjadi awam?.
Sungguh memilukan ketika ada seorang bapak TN mengatakan bahwa yang mengingkari TN tidak heran keluarganya jadi awam. Apakah bapak-bapak TN sudah lupa dengan seorang gadis yang cerdas di TN Degolan ketika itu?!!! Karena sudah mendapatkan pengajaran langsung dari para ustadznya dan dia dikenal dekat, ketika ada yang melamarnya dia menolak dengan alasan dia maunya dengan orang yang seperti para ustadznya, tidak lama kemudian gadis tersebut kembali awam dengan memakai “rok mini”, As Alullahas Salamah wal ‘Afiyah.
Begitu pula ada seorang gadis di TN Ngawi dan ustadznya mengenal secara mendeteil tentang gadis tersebut, ketika gadis tersebut pergi dari TN-nya dan kuliah di salah satu Universitas maka ustadz TN-nya menceritakan kepada kawan-kawannya tentang gadis tersebut.
Begitu pula ada seorang gadis kuliahan yang aktif di TN Dzulqarnain di Makasasar kemudian tidak puas dengan TN-nya akhirnya ikut lomba kecantikan dengan mandapatkan juara satu di Sulawesi, yang akhirnya kemudian naik pangkat menjadi artis nasional, bahkan adiknya Dzulqarnain sendiri menjauhi TN-nya dan lebih memilih jadi orang awam dan sekolah!.
Apakah bapak-bapak TN tidak berpikir! Sudah dibuatkan TN kok masih juga kembali menjadi orang awam?!!! Apakah butuh dibikinkan lagi TN yang santriwatinya dengan memakai “rok mini”?!! ataukah butuh dibikinkan lagi “TN” yang memakai “dasi kupu-kupu” atau memakai seragam suster?!!!.
Adapun perkataan bapak TN tersebut: “Bahwa yang mengingkari TN itu lihat keluarganya jadi awam” maka ini adalah bentuk kebodohan yang nyata, apakah dengan sebab itu dia akhirnya terus di atas bid’ahnya dan tidak mau menerima ajaran dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Apakah karena ada keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang musyrik jadi dia mau pertahankan bid’ahnya? Ataukah karena dia melihat ada dari istri para Nabi yang tidak mentaati suaminya jadi mengharuskan bapak TN tersebut untuk membuat tempat penampung khusus para wanita yang tidak mentaati tuntunan Islam?!!! Kira-kira bapak-bapak TN mau dikemanakan ayat-ayat yang mulia ini:
﴿ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ (10) وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (11) وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ (12) [التحريم/10-12]
“Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir; keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”. Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika dia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah istana di sisi-Mu dalam Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim. Dan (ingatlah) Maryam bintu Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan Dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat”. (At-Tahrimm: 10-12)?!!!.
Adapun perkataan mereka: “Yang mengingkari kebid’ahan hanya segelintir orang yang suka berbuat kerusakan” maka tampak dari komentar ini adalah suatu pengambilan terhadap prinsip para hizbiyyun yaitu berpijak kepada hukum mayoritas dan siapa yang menyelisihi mereka dianggap sebagai pembuat kerusakan, padahal Allah Ta’ala telah menggugat berhukum dengan mayoritas, Allah Ta’ala berkata:
﴿وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ [الأنعام/116]
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta”. (Al-An’am: 116).
Adapun perkataannya: “…yang suka berbuat kerusakan” maka kami katakan: Bahkan justru mereka dengan mengadakan bid’ah dalam agama dan tidak mau menerima nasehat untuk meninggalkan kebid’ahan tersebut maka mereka itulah pembuat kerusakan yang sebenarnya, Allah Ta’ala berkata:
﴿وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12) [البقرة/11-13]
“Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. Ketahuilah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, akan tetapi mereka tidak menyadari”. (Al-Baqaroh: 11-12).
Adapun komentar mereka: “Bid’ah tersebut dibolehkan oleh sebagian ulama” maka ini juga tidak lepas dari pengikutan terhadap cara-cara hizbiyyun; ketika mereka berbuat kejahatan dan keluar dari ketaatan dengan demo membawa pedang serta melakukan pergerakan kejahatan lainnya maka ketika dikritik tentang prilaku mereka tersebut, maka mereka berkata: “Kami bersama ulama, kami berbuat itu karena mengikuti fatwa ulama”, apakah mereka jujur di hadapan ulama dengan menjelaskan secara mendeteil tentang kesesatan mereka? Ataukah mereka bersengaja menerapkan 3 (tiga) rukun hizbiyyah?!!!.
Penjelasan singkat ini kami paparkan di sini sebagai solusi yang kesekian kalinya dalam bentuk menerapkan nasehat para salafush shalih, diantara nasehat tersebut adalah apa yang dikatakan oleh Al-Imam Saifus Sunnah Abu Muhammad Al-Barbahary Rahimahullah di dalam “Syarhus Sunnah”:
وإذا ظهر لك من إنسان شيء من البدع فاحذره فإن الذي أخفى عنك أكثر مما أظهر
“Jika telah tampak kepadamu sesuatu dari manusia tentang kebid’ahan maka waspadalah kamu darinya karena sesungguhnya yang tersembunyi darimu itu lebih banyak dari apa-apa yang telah tampak padamu”.
Wallahu A’lam wa Ahkam.

Artikel Terkait


0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►

Al Manshurah

 

Copyright 2011 Al Manshurah is proudly powered by blogger.com | Design by Tutorial Blogspot Published by Template Blogger