بسم الله الرحمن الرحيم
(Soal-Jawab) Memutuskan Silaturrahmi Lantaran Fitnah
Bismillah, semenjak terjadinya fitnah di yaman hubungan kami sama beberapa ummahat yang ‘kontra’ sama Syekh Yahya tidak seperti dulu lagi, begitupun sesama ikhwah nya, jangankan tegur sapa…saling senyum saja sudah tidak pernah lagi, sehingga timbul tanggapan dari beberapa ummahat yang netral bahwa kami telah memutuskan hubungan silaturrahmi, apakah tindakan kami salah dalam hal ini ? dan bagaimana sebaiknya ? jazaakumulloh khoir. -ummu ‘abdillah / sorowako / 08134298xxxx
Jawab :
“Fitnah di Yaman” adalah istilah global, yang benar dalam hal ini adalah ” kekacauan yang dibuat hizbiyyun“.Dalil-dalil dan hujjah-hujjah telah ditegakkan oleh Ulama di Dammaj dan Ulama-ulama yang bersama mereka serta para tholabatul ilmi, tentang batilnya jalan mar’iyyun, dan bahwasanya mereka itu hizbiyyun, mubtadi’ah dan ahlul ahwa’. Para mar’iyyun terus bergerak nyebar racun. Para salafiyyun yang malas baca hujjah-hujjah ulama damaj dan yang bersama ulama tadi, mereka tercela dan sering jadi korban jaring mar’iyyin yang telah disodori hujjah tapi tidak mau tunduk pada al-Haqq, dia adalah ahlul hawa, disyariatkan untuk meboikotnya sampai tobat. Adapun yang mengaku netral /tawaqquf, mereka dinamakan oleh Syaikh Yahya -semoga Alloh menjaganya- sebagai ” hamzah washol “, bisa kesana dan kesini, tapi kebanyakan condong ke mar’iyyun dan itu betul. mutawaqqifun di sepanjang masa mayoritasnya condong ke pihak yang bathil. Di masa Nabi shollallohu’alaihiwasallam, mayoritas munafiqun condong ke kuffar. ada 1 atau 2 yang tobat. Alloh menyuruh untuk keras terhadap munafiqun dan kuffar, di masa Imam Ahmad -rahimahulloh- juga demkian hingga beliau berrkata:” al-Waqifah lebih berat bagi kami daripada jahmiyyah” dan beliau memerintahkn agar mereka diboikot, ada sedikit yang tobat di masa kita, itu juga yang kami dapati. Maka mutawaqqif yang terbukti condong pada mar’iyyin dan cela kita maka dia gabungkn dengan mar’iyyun-luqmaniyyun dan diboikot. Tapi mutawaqqif yang terbukti hormat pada kita, tdk cela kita, tidak condong pada mereka, dan tampak giat membaca hujjah-hujjah kita (ahlussunnah ;ed), dia didoakan, disikapi dengan lembut dan sabar, karena memang kemampuan orang untuk paham hujjah itu bertingkat-tingkat. wallohua’lam. -selesai-
- Dijawab oleh al Akh Abu Fairuz hafidzahullah
- Dijawab oleh al Akh Abu Fairuz hafidzahullah
0 comments:
Post a Comment